Dasimu Wibawamu

Bahkan langsung turun ke jalan :|

Bahkan langsung turun ke jalan 😐

Jangan menilai buku dari sampulnya, jangan menilai seseorang dari penampilannya.

Tidak seratus persen indera manusia disalahkan atas kemampuannya dalam melakukan sensor terhadap seseorang. Jauh sebelum hati kita menilai kepribadian, panca indera manusia yang pertama kali akan melakukan asesmen awal mengenai seseorang.

Awalnya aku merasa paling ‘dekil’ dibandingkan penumpang lain di dalam Bus TransJakarta Koridor I tujuan Jakarta Kota. Aku hanya mengenakan pakaian kerja minimalis berbalut jaket sporty adidas abal-abal :D. Tanpa parfum khusus, hanya pewangi pakaian yang memang sudah wangi (tidak perlu tambahan parfum). Sementara yang lain memperlihatkan penampilan khas lelaki meteroseksual. Lho kenapa laki-laki saja? gak ada perempuannya? Karena saya tahu diri, kandang saya ada di gerbong belakang TransJakarta yang memang untuk laki-laki (perempuan juga boleh sih).

Ketika bus sampai di halte pemberhentian terakhir, semua penumpang mulai bergerombol di pintu keluar. Sampailah aku melihat kenyataan, bahwa para pria-pria meteroseksual tersebut bertingkah begitu katroknya dengan turun langsung melalui pintu yang dikhususkan untuk keluar masuk TransJakarta, bukan terowongan yang tersedia di Halte JakartaKota. Dan pada hari-hari berikutnya, tidak hanya para lelaki, mbak-mbak kasir bank ternama dengan dandanan cantiknya juga turun melalui pintu halte yang dikhususkan untuk naik turun ke bus.

Memang sih pintu keluar halte melalui terowongan jaraknya sangat jauh dan melelahkan. Tapi keluar melalui pintu yang tidak wajar juga gak keren. Jalan panjang keluar dari halte TransJakarta bukan alasan yang cool untuk melanggar aturan. Ubahlah pola pikir, bahwa jalan panjang itu menjadi sarana olahraga yang sehat, berjalan kaki. Ingat, banyak pekerja kantoran di Jakarta yang akhirnya sekarat karena kurang olahraga.

Leave a comment