Menabur Benih Kejujuran

Selamat berjuang, kalian pasti bisa

Selamat berjuang, kalian pasti bisa

Ketika ujian berlangsung, saya menyaksikan siswa yang ceria, kepala sekolah yang percaya, pengawas yang menentramkan, guru yang setia serta orang tua yang peduli. Meski SD Inpres Batulai bukanlah sekolah dengan  nilai ujian yang setinggi langit, meski demikian kami bangga menjaga integritas Continue reading

Membuat Galau Sang Guntur

Merenungi masa depan di Dermaga Ba'a

Merenungi masa depan di Dermaga Ba’a

Malam ini di dermaga kota Baa. Aku terpukau dengan hamparan bintang yang memenuhi ibukota Rote Ndao itu. Namun berbeda dengan Guntur. Anak asal Pulau Solor yang hidup besar di Rote itu termenung melihat lembaran surat perjanjian beasiswa keperawatan di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Jawa.

“Hei Gun, ni bintang gagah talalu ya” kataku Continue reading

Seni dan Matematika dalam Bazzar

Ayo dibeli!

Ayo dibeli!

“Berapa harganya?” “4000” lalu anak yang ingin membeli puisi dan gambar karya temannya itu menyerahkan dua lembar uang dua ratus. “Naaa.. kurang itu uangnya, itu nilainya ratusan bukan ribuan, ini yang ribuan, sini beta ambil” Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dan Matematika hari Sabtu setelah upacara penurunan bendera itu terasa menyenangkan. Saya hanya diam saja sambil sesekali mengawasi karena sudah ada proses belajar dan mengajar di antara mereka. Dan yang tidak kalah penting pelajaran pada hari itu adalah “belajar menghargai karya orang lain”

Kelas Rangkap Multimedia

Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, jadilah Ruangan Multimedia

Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, jadilah Ruangan Multimedia

Ketika di sekolah hanya ada dua guru dan 84 murid yang tetap bersemangat menuntut ilmu, apa yang harus dilakukan? Cerita hari ini adalah merangkap kelas 3, 4 dan 6 dan menjebloskannya di ruangan ‘multimedia’ serta munculnya belas kasihan melihat Pak Nathan keluar masuk di kelas 1, 2, dan 5.

Keong Mas dan Pengajar Muda

Escargot de Batulai

Escargot de Batulai

Ini bukan kisah balapan lari antara keong dengan pengajar muda. Ini adalah kisah seorang guru karnivora yang hidup di masyarakat vegetarian. Tiada hari tanpa tumis kangkung atau sawi sementara hewan ternak seperti babi, kambing dan sapi berkeliaran di luar sana “kenapa mereka tidak dimakaaaaan?” batin guru ini. Guru ini mencari-cari sumber protein, dan akhirnya berjumpa dengan hewan mungil musuh petani di Desa Kuli. Yaaa,,, Keong Mas, bukan santapan asing, karena di Jogja banyak angkringan yang menjual sate keong. Dengan campuran bumbu-bumbu seadanya, daging keong mas ini terasa sangat mewah di lidah. Pantas saja orang Perancis sangat suka escargot (siput). Rasa dagingnya beda tipis dengan kerang.Dengan hati was-was takut keong ini mengandung racun, guru ini menawarkan masakan amatirnya ke beberapa kerabat dan tetangga. Mereka bilang sangat enak. Lima jam berlalu dan tubuh kami tidak merasakan reaksi apapun. Finally, escargot for protein!

Muridku yang istimewa

Jekson sedang asik menggambar ketika pelajaran matematika

Jekson sedang asik menggambar ketika pelajaran matematika

Namanya Jekson, muridku kelas 3. Sulit berbicara, tidak bisa baca, sulit berkomunikasi, dan sangat pemalu. Konon, ketika kecil dia sempat hilang beberapa hari dan ditemukan di sebuah gua yang ada di pegunungan sebelah desa. Masyarakat menganggap hal itulah yang membuat Jack menjadi anak yang istimewa (bukan cacat mental seperti yang orang lain bilang). Sempat akan dimasukan ke SLB, tapi dia tidak mau. Dia tidak pernah absen datang ke sekolah bahkan terhitung siswa yang paling awal datang ke sekolah. Meskipun memiliki keterbatasan dalam beberapa hal, Jekson punya bakat di bidang lain, yaitu menggambar. Bahkan hasil gambarnya terlihat lebih realistis dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang ‘normal’. Ketika pelajaran matematika berlangsung, Jek asik dengan pensil warna, crayon, dan kertas. Yang membuatku bahagia, teman-temannya menyadari kondisi Jek yang istimewa. Tidak ada hinaan apapun kepada Jek. Mungkin itulah yang membuat Jek nyaman di SD Inpres Batulai daripada harus bersekolah di SLB.

Semoga Cepat Sembuh Sefine

Selfine dan rumah kecilnya

Selfine dan rumah kecilnya

Namanya Sefine, sudah kelas 3, sudah 2 kali tahan kelas, belum bisa membaca, tukang ngadu, dan tukang pukul. Trouble maker di dalam kelas. Berkali-kali mendapat sangsi, sikapnya masih sulit dirubah. Tapi sudah dua hari ada sesuatu yang hilang. Oooh iya, anak ini satu-satunya yang bersalaman cium tangan kalau pulang kelas. Anak ini satu-satunya yang selalu mengambilkan peralatan mengajarku yang sering jatuh ketika berjalan dari kantor ke dalam kelas. Anak ini yang paling keras kalau menyapaku di jalan. Semua itu tidak terasa selama dua hari ini. Oooo ternyata Sefine sedang sakit demam. Ia seorang diri, hanya anjing yang menemani di rumah mungilnya di perkampungan transmigrasi lokal istua yang sepi. Orang tuanya entah kemana, ia pun tidak tahu. Sefine yang sedang kedinginan menutupi tubuhnya dengan selimut.Semoga cepat sembuh ya Sefine.