<iframe class="ku-embed" frameborder="0" allow="xr-spatial-tracking; gyroscope; accelerometer" allowfullscreen scrolling="no" src="https://kuula.co/share/collection/7Jvbs?logo=1&info=1&fs=1&vr=0&sd=1&thumbs=1"></iframe>
<iframe class="ku-embed" frameborder="0" allow="xr-spatial-tracking; gyroscope; accelerometer" allowfullscreen scrolling="no" src="https://kuula.co/share/collection/7Jvbs?logo=1&info=1&fs=1&vr=0&sd=1&thumbs=1"></iframe>
Pasca kejadian hilangnya kacamata ketika ikut lari di MSC saya semakin memberanikan diri buat lasik. Saat itu, turun dari Puncak Arjuno menuju Budug Asu, melewati jalur yang curam dan terjal pada malam hari, kacamata yang saya simpan di vest terjatuh. Lho kenapa disimpan di vest? Karena hujan dan kabut gaes, terpaksa saya simpan dulu karena kacamata yang kena air hujan itu malah bikin pandangan makin gak jelas. Untung bawa kacamata cadangan
Tempat ini sudah menjadi wishlist saya sejak lama. Apa daya, jaraknya yang sangat jauh dari Kota Kupang membuat seringkali rencana ke Fatukopa gagal. Akhirnya awal Maret 2021, spontan dan tanpa rencana saya bisa mengunjungi bukit yang disakralkan ini
Kami rela grusa-grusu bangun pagi pagi dalam hawa dinginnya Bajawa, demi apa? Bukan demi kamu, tapi demi Ine Rie. Gunung berbentuk kerucut sempurna ini memang sebagai tujuan utama kami datang ke Bajawa. Bukan untuk melakukan pendakian, tapi cukup melihatnya dari Bukit Watu Nari Wowo yang berada di sebelah utara Ine Rie. Watu Nari Wowo dalam bahasa setempat artinya Batu yang Menari
Pantai Oelangga ini unik, tapi banyak yang gagal mencapai tempat ini 😀
Mohon maaf, cerita tentang Flores saya skip dulu, karena perjalanan di Pulau Rote teramat sayang untuk dilewatkan. Meski pernah hadir setahun di pulau mungil ini, tapi selalu ada yang menarik ketika berkunjung kembali di Rote Ndao.
Hati hati dengan keluh kesah. Jika Tuhan iseng menanggapi keluh kesahmu, apa yang kamu inginkan bisa saja terwujud.
2014 saya menginjakan kaki pertama kali ke Flores ketiga bertugas di Rote Ndao. Saat itu saya melihat prosesi Semana Santa di Larantuka kemudian melanjutkan perjalanan menuju Danau Kelimutu.