Ekspedisi Khatulistiwa Kutai Barat : Mengenal Lebih Dekat Kopda Murdianto (Prajurit Fotografer)

Salam Komando dengan Kopda Murdiyanto

Menjadi seorang prajurit TNI memang harus siap untuk menghadapi tugas seberat apapun. Sistem perintah yang berlaku di dalam TNI adalah komando di mana setiap pangkat yang lebih bawah harus mematuhi perintah pangkat yang lebih tinggi. Hal tersebut tidak lain untuk mencapai keberhasilan setiap tugas yang akan dijalankan. Dan semua itu sudah dilatih sejak pendidikan pertama pembentukan prajurit TNI.

Hal yang sama tentu saja berlaku bagi Kopral Dua (Kopda) Murdianto, seorang prajurit Batalyon Infantri 611/Awang Long yang saat ini bertugas sebagai fotografer Ekspedisi Khatulistiwa Sub Korwil Kutai Barat. Ayah dari dua orang anak ini harus meninggalkan keluarganya selama kurang lebih 3 bulan untuk turut serta menyukseskan kegiatan Ekspedisi Khatulistiwa. Kopda Murdiyanto juga telah sering menjalani penugasan seperti pengamanan perbatasan Timor Timur, Nunukan dan Papua. Meskipun prajurit TNI, Kopda Murdianto terkenal periang, suka bercanda dan pandai bergaul. Tugasnya sebagai fotografer membuat ia cukup dikenal di kalangan masyarakat tempat kami melaksanakan ekspedisi. Bahkan ada anak kecil yang bertanya “Kak Iwan kenapa tentara itu pegangnya kamera, kok gak senjata” kontan saja saya jawab “Waaah itu sebetulnya senjata canggih dik, kalau pegang tombol yang dibawah itu, nanti keluar peluru” dan anak kecil itu pun mengangguk kagum.

Bersama Kopda Murdianto menuju Long Apari

Sebagai tim peneliti sekaligus mahasiswa yang turut serta melakukan dokumentasi, saya dan Kopda Murdianto (sering saya panggil Mas Mur) sering bekerja bersama-sama. Kami sering bergantian memegang kamera maupun video kamera pada suatu even maupun acara. Hasil foto pria kelahiran Tenggarong ini ternyata tidak kalah hebat dengan fotografer profesional. Mas Mur pandai mengambil angle yang tepat sehingga hasil fotonya sangat bagus. Bahkan saat kami ke Long Apari dengan kapal yang sedang melintasi riam Sungai Mahakam pun, Mas Mur mampu mengambil gambar tebing dan air terjun dengan hasil yang memuaskan . Banyak warga Long Bagun yang memesan hasil foto dari kamera mas Mur.

Pada tanggal 23 Mei 2012 Pak Mur meminta ijin kembali ke Samarinda untuk menjenguk anaknya yang sakit. Saya pun ikut serta meminta ijin ke kota untuk beberapa keperluan antara lain fotocopy lembar kuisioner, membeli keping DVD, serta membeli kamera untuk menunjang kegiatan ekspedisi. Kami berdua ke Samarinda dengan menggunakan kapal Taxi yang diperkirakan akan memakan waktu selama dua hari satu malam. Selain untuk keperluan yang telah disebutkan di atas, kamipun mendapat perintah operasi yang cukup banyak. Hal ini terjadi karena persiapan posko untuk menyambut kedatangan pejabat TNI yang akan datang pada tanggal 31 Mei 2012.

Kami tiba di rumah Mas Mur yang berada di Loa Janan tanggal 24 Mei pukul 11 siang. Mas Mur langsung memeriksa anaknya yang ternyata sudah memasuki masa pemulihan setelah terkena cacar.Setelah dirasa baik-baik saja dan belum menyebar ke seluruh anggota keluarganya, kami segera bergegas menuju kota Samarinda untuk memenuhi perintah operasi dari poskotis. Hampir selama 3 hari kami berputar-putar di kota Samarinda untuk mencari peralatan yang dipesan. Anak-anak dan istri Pak Mur sendiri harus rela karena hanya pada larut malam hingga pagi hari Mas Mur ada di rumah. Untunglah hampir semua peralatan yang kami cari ada antara lain kabel audio, keping DVD, dan kamera.Tugas selanjutnya adalah membawa tenda yang akan digunakan untuk pengobatan massal di Long Bagun Ulu .
Kerja keras dari Mas Mur sangat baik sekali. Sebagai seorang tamtama ia selalu berusaha melaksanakan tugas-tugas yang diberikan atasannya padahal saya sendiri pun merasa pekerjaan itu terlalu sulit dan tidak realistis. Mudah-mudahan keinginan Mas Mur untuk mengikuti pendidikan Secaba Reguler bisa terwujud. Kalau saya pribadi sih, Mas Mur itu cocok jadi fotografer perang :D.

Leave a comment